A.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum
dapat menempuh langkah-langkah:
1) Perumusan
tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap
berbagai kebutuhan, tuntutan dan harapan. Oleh karena itu tujuan di rumuskan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat, siswa itu sendiri serta ilmu
pengetahuan.
2) Menentukan
isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di
rencanakan akan di peroleh siswa selama mengikuti pendidikan. Pengalaman
belajar ini dapat berupa mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran, atau
jenis-jenis pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3) Memilih
kegiatan
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-pengalaman belajar yang
menjadi isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4) Merumuskan
evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum,
sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan
sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di
lakukan secara terus menerus.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
1)
pemilihan
target dari system pendidikan. Didalam penentuan target ini stu-satunya
criteria yang menjadi pagangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan
untuk turut serta dalam kegiatan kel;ompok yang intensif.
2)
partisipasi
guru dalam pengalaman guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
3)
pengembangan
pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
4)
partisipasi
orang tua dalam kegiatan kelompok.
Menurut Olivia pengembangan
kurikulum terdiri atas 10 langkah :
1.
Perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang
kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan kebutuhan masyarakat.
2.
Analisis kebutuhan masyarkat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa
dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3.
Tujuan umum dan khusus bagaimana mengorganisasikan rancangan dan
mengimplementasikan kurikulum.
4.
Bagaimana menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan tujuan khusus
pembelajaran.
5.
Menetapkan strategi pembelejaran untuk mencapai tujuan.
6.
Pengembangan kurikulum.
7.
Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
8.
Pengembangan kurikulum kembali.
9.
Menyempurnakan alat atau teknik penilaian.
10. Evaluasi terhadap pembelajaran
dan evalusi kurikulum
Langkah – langkah
pengembangan kurikulum menurut Tyler :
1.
Menentukan tujuan
Dalam penyusunan
suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama , sebab
tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.
2.
Menentukan pengalaman belajar
Menentukan pengalaman belajar (learning experiences) adalah aktivitas siswa
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar pada aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman
belajar siswa, yaitu :
- Pengalaman siswa
harus sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.
- Setiap
pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
- Setiap
rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
- Dalam suatu
pengalaman belaajr dapat mencapai tujuan yang berbeda
3.
Pengorganisasian pengalaman belajar
Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar, yaitu :
- Pengorganisasian
secara vertikal
Pengorganisasian secara vertikal adalah menghubungkan pengalaman belajar
dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Contoh : Pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara
bidang geografi di kelas lima dan geografi di kelas enam.
- Pengorganisasian
secara horisontal
Pengorganisasian secara horisontal adalah menghubungkan pengalaman belajar
dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
4.
Penilaian tujuan belajar sebagai kompponen yang dijadikan
perhatian utama
Menurut
Beauchamp, ada lima langkah atau
pentahapan dalam mengembangkan suatu kurikulum (Beauchamp’s System):
1. Menetapkan
arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut (sekolah,
kecamatan, kabupaten, propinsi, negara).
Pentahapan
arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam
pengembangan kurikulum,serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
2. Menetapkan
personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum:
a) para
ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para
ahli bidang ilmu dari luar
b) para
ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih para
profesional dalam sistem pendidikan profesional lain dan tokoh-tokoh
masyarakat.
Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan
tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang
langsung terhadap pengembangan kurikulum dibanding dengan tokoh-tokoh lain
seperti para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politisi,dan
pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan
dengan tingkat dan luas wilayah arena.
Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu
banyak melibatkan
guru. Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-guru
semakin besar.
3. Organisasi
dan prosedur pengembangan kurikulum.
Langkah
ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum
dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta
kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp
membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu:
a) membentuk
tim pengembang kurikulum.
b) mengadakan
penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan
studi penjajahan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru.
c) merumuskan
kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru.
d) penyusunan
dan penulisan kurikulum baru.
4. Implementasi
kurikulum.
Langkah
ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang
bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh,baik
kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan
manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
5. Evaluasi
kurikulum.
Langkah
ini mencakup empat hal, yaitu:
a) Evaluasi
tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b) Evaluasi
desain kurikulum
c) Evaluasi
hasil belajar siswa
d) Evaluasi
dari keseluruhan sistem kurikulum.
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini
digunakan bagi penyempurnaan sistem
dan desain kurikulum, serta prinsip-prinsip melaksanakannya. Dalam Buku Perencanaan dan Pengembangan
Kurikulum yang ditulis oleh Prof. Drs. H. Dakir melihat bahwa langkah-langkah
pada model Beaucham tersebut yang dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964)
adalah sebagai berikut:
a) Suatu
gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas di
sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala
regional maupun nasional yang disebut arena.
b) Menunjuk
tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf pengajar,
petugas bimbingan, dan nara sumber lain.
c) Tim
menyusun tujuan pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai Koordinator yang
bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran
baru, menentukan berbagai criteria untuk memilih kurikulum mana yang akan
dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan
dikembangkan.
d) Melaksanakan
kurikulum di sekolah.
e) Mengevaluasi
kurikulum yang berlaku.
Beauchamp
mengemukakan lima hal dalam mengembangkan suatu kurikulum.
Pertama,
menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, ataupun seluruh
Negara.
Kedua,
menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut seerta terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
Ketiga,
organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan
prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menetukan keseluruhan dasain kurikulum.
Keempat,
implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan aatu
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan
kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan
maupun biaya, disamping kesiapan material dari pimpinan dan penulisan kurikulum
baru.
Langkah yang
ke;lima dan merupakan terakhir adalah evaluasi kurikulum.
Menurut Taba ada lima langkah pengembangan
kurikulum model terbalik dari Taba, yaitu :
1. Membuat
unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru :
Dalam
kegiatan ini perlu mempersiapkan
·
Perencanaan berdasarkan pada
teori-teori yang kuat,
·
Eksperimen harus dilakukan di dalam
kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji. Unit –unit eksperimen
ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1)
Mendiagnosis kebutuhan. Pada
langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan menentukan
kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies),
dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi
masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu
proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program
yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut
difungsikan.
2)
Merumuskan tujuan khusus. Setelah
kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum
merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi:
·
Konsep atau gagasan yang akan
dipelajari
·
Sikap, kepekaan dan perasaan yang
akan dikembangkan
·
Cara befikir untuk memperkuat,
·
Kebiasaan dan keterampilan yang akan
dikuasai
3)
Memilih isi. Pemilihan
isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi
bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah
kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan
kebermaknaannya untuk siswa.
4)
Mengorganisasi isi. Melalui
penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun
urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum
itu diberikan.
5)
Memilih pengalaman belajar. Pada tahap
ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag harus dimiliki siswa untuk
mencapai tujuan kurikulum.
6)
Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru
selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang
telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar
mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
7)
Menentukan alat evaluasi dan
prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat evaluasi guru
dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi
siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
8)
Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian
ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar,
dan tipe-tipe belajar siswa.
2. Menguji unit
eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan
pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi
belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan
sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.
3. Mengadakan
revisi dan konsolidasi
Setelah langkah pengujian, maka
langkah selanjutnya melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan
penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain d
dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan
kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang
digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersama-sama
dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari langkah ini
adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan. Pada
langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang
konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh
koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka
unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
4. Pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan
dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau
berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum.
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam
langkah ini.
·
Apakah lingkup isi telah memadai
·
Apakah isi telah tersusun secara
logis
·
Apakah pemebelajaran telah
memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan
dan sikap
·
Dan apakah konsep dasar telah
terakomodasi
Perkembangan yang dipergunakan untuk
melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit
yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya,
dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan
intelektual dan emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan
para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah
dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan
didesiminasikan.
5. Implementasi
dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan
penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan
dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru
di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan
yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum
realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh
staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar
memadukan teori dan praktek.
Tanggung jawab tahap ini dibebankan
pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh
dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan
berbagai masalah seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum
di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang
diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam
penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
Menurut Wheeler berpendapat bahwa pengembangan
kurikulum teridri dari 5 tahap yaitu:
1.
Mementukan tujuan umum dan tujuan
khusus.
Dalam hal ini tujuan umum dapat berupa tujuan yang
bersifat normative yang mengandung tujuan filisofis (aim) atau tujuan
pembelajaran yang bersifat praktis (goals). Sedangkan yang menjadi tujuan
khusus yaitu tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yaitu
suatu tujuan pembelajaran yang mudah diukur ketercapaiannya. Dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler
penentuan tujuan merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Dalam penyusunan
suatu kurikulumin, merumuskan tujuan merupakan hal yang harus dikerjakan karena
tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tanpa ada tujuan maka apa yang
ingin di capai akan menjadi tidak.
Alasan
alasan yang mendasar mengenai pentingnya perumusan suatu tujuan adalah:
·
Tujuan berkaitan erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh
dunia pendidikan. Kurikulum merupakan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, denagn demikian salah satu komponen
penting yang harus ada dalam suatu perencanaan kurikulum adalah tujuan itu
sendiri.
·
Tujuan kurikulum dapat membantu
pengembang kurikulum dalam mendesain suatu model kurikulum. Melalui tujuan yang
jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model
kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem
pembelajaran. Maksudnya disini adalah dengan tujuan yang jelas dapat memberikan
arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari,
menentukan metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan, menentukan
alat, media, dan sumber pembelajaran, serta bagaimana cara merancang alat
evaluasi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa.
·
Tujuan dapat digunakan sebagai
control dalam menentukan batas batas serta kualitas pembelajaran. Dengan adanya
tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, para
pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah
memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Lebih jauh dari itu dengan adanya tujuan akan dapat ditentukan daya
serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
2.
Menentukan pengalaman belajar yang
mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
dalam dalam langkah pertama. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar disini
adalah segala aktivitas siswa dalam
berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal
yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam proses pembelajaran.
3.
Menentukan isi dan materi pelajaran
sesuai dengan pengalaman belajar
Tahap ketiga dalam pengembangan kurikulum menurut Wheeler adalah penentuan
isi dan materi pelajaran. Penentuan isi dan materi pelajaran ini di dasarkan
atas pengalaman belajar yang di alami oleh peserta didik, pengalaman belajar
yang dialami oleh peserta didik dijadikan suatu acuan dalam penyusunan materi
ajar.langkah langkah pengorganisasian merupakan hal yang sangat penting karena
dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar bagi pelaksanaan proses
pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
4.
Mengorganisasi atau menyatukan
pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran. Setelah materi ajar
disusun maka dilakukan penyatuan antara pengalaman belajar dengan materi ajar
yang telah disusun, hal ini bertujuan agar terjadi hubungan atau kesinambungan
antara pengalaman belajar dengan materi ajar. Sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan naik sehingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal.
5.
Melakukan evaluasi setiap fase
pengembangan dan pencapaian tujuan. Disini setelah proses pembelajaran selesai
akan dilaksanakan suatu proses evaluasi. Dalam proses pengembangan kurikulum
ini tahap evaluasi merupakan tahap yang sangat penting, hal itu karena proses
penilaian atau evaluasi dapat memberikan informasi tentang ketercapaian
daripada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan evaluasi ini maka akan
dapat diketahui apakah kurikulum yang diterapkan itu berjalan denagn baik
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut.secara rinci
dapat dikatakan bahwa Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan
menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakan
kurikulum itu masih bisa berlaku atau harus di perbaharui atau digamti lagihal
itu terjadi karena evaluasi suatu kurikulum dapat memberikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas
dan efisiensi kurikulum terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan
sumber daya,yang mana informasi ini akan sangat berguna sebagai bahan pembuat
keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi
atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi
kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang
berubah.
Berdasarkan dari langkah- langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan
oleh Wheeler terlihat bahwa pengembangn kurikulum itu berbentuk sebuah siklus
(lingkaran) yang mana pada setiap tahapa dalam siklus tersebut membentuk suatu
system yang terdiri dari komponen- komponen pengembangan yang saling
berhubungan satu sama lain.
http://ernywati.blogspot.com/2011/06/model-pengembangan-kurikulum-menurut.html